Browse by


Categories


All Tags 1


وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).


You are viewing 1 post for 2019 by the author Wildan Pelangi Pekayon, Pasar Rebo

Penerapan Circular Economy dari Sampah Organik Kantin UI

Sampah dan limbah dari aktivitas atau kegiatan manusia saat ini menjadi permasalahan yang dihadapi oleh seluruh wilayah di dunia, termasuk Indonesia. Tempat-tempat penampungan sampah mulai kewalahan menerima sampah organik maupun non-organik seperti sampah plastik. Saat ini berkembang Konsep Circular Economy dalam pengelolaan sampah atau limbah, yang menerapkan Rethink, Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery/Repair (5R). Penerapan Prinsip 5R dapat dilakukan melalui pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce) melalui optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali (reuse) dan penggunaan material hasil dari proses daur ulang (recycle) maupun dari proses perolehan kembali (recovery) atau dengan melakukan perbaikan (repair).

Dalam rangka menerapkan konsep Circular Economy tersebut, Bapak Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M.Sc. beserta anggota timnya, yaitu Bapak Wildan Maulana dan Ibu Hapsari Setyowardhani, telah merancang sebuah ekosistem aquaponik, dengan mengintegrasikan peternakan ikan dengan pakan larva (maggot) Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens, dan pembudidayaan tanaman pangan dan sayuran dengan memanfaatkan kotoran ikan sebagai pupuknya. Larva BSF berperan dalam melakukan proses biokonversi sampah organik, karena larva BSF dalam 1 hari mampu mengkonsumsi limbah sampah organik sampai lebih dari lima kali bobot tubuhnya. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu solusi dalam mengurangi jumlah limbah organik atau limbah dapur atau limbah rumah tangga. BSF merupakan jenis lalat yang tidak dikategorikan hama.

Ekosistem Aquaponik yang sedang dikembangkan oleh Staf pengajar di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (MIPA UI) ini mendapatkan pendanaan dari Hibah Pengabdian Masyarakat Skema Go Green dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM UI). Ekosistem ini dibangun di atas lahan milik UI, tepatnya di Laboraturium Parangtopo MIPA UI. Ekosistem dimulai Bulan Juli 2019.

Adapun alur dalam pengelolaan ekosistem aquaponik yang terintegrasi dengan peternakan BSF adalah dimulai dengan pengumpulan sampah sisa-sisa makanan ke dalam ember-ember yang telah disediakan. Ember-ember ini kemudian dibawa ke Parangtopo, kemudian sampah organik dimasukkan ke dalam ember-ember tumpuk dan biopond yang sudah berisi Black Soldier Fly Larvae (BSFL), untuk proses Biokonversi, seperti gambar berikut ini :

    • Komposter Ember Tumpuk BSF dengan Pemanen Pre-Pupa Otomatis
Gambar 1. Komposter Ember Tumpuk BSF dengan Pemanen Pre-Pupa Otomatis

Ember tumpuk, ketika pertama kali dioperasikan, diisi dengan starter maggot muda, berumur kurang lebih 4 s.d 7 hari, lalu sisa-sisa makanan, sampah organik lainnya dapat dimasukkan ke ember tumpuk ini setiap harinya. Nantinya, maggot yang akan masuk fase pre-pupa akan otomatis migrasi, naik dan masuk ke wadah botol bekas AMDK yang sudah kita siapkan, maggot pre-pupa ini, bisa langsung kita jadikan pakan untuk ikan, unggas-unggas yang kita miliki, ataupun bisa dimasukkan ke kandang BSF untuk kemudian diperbanyak lagi. Selain itu, media tanam yang menjadi satu kesatuan dengan kolam ikan dalam sebuah sistem beranama aquaponik dapat kita tanam berbagai jenis tanaman pangan seperti selada air atau kangkung.

    • Biopond Larva BSF
Gambar 2. Biopond Larva BSF
    • Ikan di Aquaponik
Gambar 3. Ikan di Aquaponik
    • Kangkung di Aquaponik
Gambar 4. Kangkung di Aquaponik

Tim Pak Mufti bekerja sama dengan pengelola kantin untuk mendapatkan pasokan rutin dari sampah organik yang didapatkan dari sisa-sisa makanan yang berasal dari kantin FMIPA UI. Sampah yang menjadi pakan dari Lalat BSF ini adalah sampah organik dari sisa-sisa makanan, dan harus dipisahkan terlebih dahulu dari sampah-sampah lainnya seperti sampah plastik, kertas, dll.

Demi kelancaran dan keberlangsungan pakan dari Lalat BSF (karena ekosistem ini akan terus dibudidayakan dan dikembangkan ke depannya), maka Pak Mufti dan Pak Wildan melaksanakan kegiatan pelatihan pemilahan sampah kepada para petugas kebersihan atau Cleaning Service yang bertugas membersihkan dan mengumpulkan sampah di wilayah kantin dan sekitarnya. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada Hari Senin, tanggal 28 Oktober 2019, bertempat di Kantin MIPA UI. Diharapkan, dari hasil pelatihan ini, para Cleaning Service dapat memilah sampah sisa makanan dengan baik, sehingga dapat memenuhi standar pakan Maggot Lalat BSF.

    • Pelatihan Pemilahan Sampah Organik di MIPA UI
Gambar 5. Pelatihan Pemilahan Sampah Organik di MIPA UI

Rangkaian kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan pembuatan Ekosistem Aquaponik ini didukung oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum (WD Bidang II) FMIPA UI, yaitu Dr. Rokhmatuloh, M.Eng., menyatakan bahwa program ini memiliki kontribusi yang signifikan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Sampah organik yang telah diolah akan bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan produk luaran yang bernilai tinggi dan menyuburkan tanaman di sekitar. Lebih lanjut, Pak Rokhmatullah menyatakan harapannya supaya ke program ini akan menghasilkan sinergi dengan pihak-pihak lain di MIPA UI, yaitu para dosen lain dan para mahasiswa.

Tags: sampah