وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).


You are viewing 2 posts with the tag sampah by the author Wildan Pelangi Pekayon, Pasar Rebo

Penerapan Circular Economy dari Sampah Organik Kantin UI

Sampah dan limbah dari aktivitas atau kegiatan manusia saat ini menjadi permasalahan yang dihadapi oleh seluruh wilayah di dunia, termasuk Indonesia. Tempat-tempat penampungan sampah mulai kewalahan menerima sampah organik maupun non-organik seperti sampah plastik. Saat ini berkembang Konsep Circular Economy dalam pengelolaan sampah atau limbah, yang menerapkan Rethink, Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery/Repair (5R). Penerapan Prinsip 5R dapat dilakukan melalui pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce) melalui optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali (reuse) dan penggunaan material hasil dari proses daur ulang (recycle) maupun dari proses perolehan kembali (recovery) atau dengan melakukan perbaikan (repair).

Dalam rangka menerapkan konsep Circular Economy tersebut, Bapak Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M.Sc. beserta anggota timnya, yaitu Bapak Wildan Maulana dan Ibu Hapsari Setyowardhani, telah merancang sebuah ekosistem aquaponik, dengan mengintegrasikan peternakan ikan dengan pakan larva (maggot) Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens, dan pembudidayaan tanaman pangan dan sayuran dengan memanfaatkan kotoran ikan sebagai pupuknya. Larva BSF berperan dalam melakukan proses biokonversi sampah organik, karena larva BSF dalam 1 hari mampu mengkonsumsi limbah sampah organik sampai lebih dari lima kali bobot tubuhnya. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu solusi dalam mengurangi jumlah limbah organik atau limbah dapur atau limbah rumah tangga. BSF merupakan jenis lalat yang tidak dikategorikan hama.

Ekosistem Aquaponik yang sedang dikembangkan oleh Staf pengajar di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (MIPA UI) ini mendapatkan pendanaan dari Hibah Pengabdian Masyarakat Skema Go Green dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM UI). Ekosistem ini dibangun di atas lahan milik UI, tepatnya di Laboraturium Parangtopo MIPA UI. Ekosistem dimulai Bulan Juli 2019.

Adapun alur dalam pengelolaan ekosistem aquaponik yang terintegrasi dengan peternakan BSF adalah dimulai dengan pengumpulan sampah sisa-sisa makanan ke dalam ember-ember yang telah disediakan. Ember-ember ini kemudian dibawa ke Parangtopo, kemudian sampah organik dimasukkan ke dalam ember-ember tumpuk dan biopond yang sudah berisi Black Soldier Fly Larvae (BSFL), untuk proses Biokonversi, seperti gambar berikut ini :

    • Komposter Ember Tumpuk BSF dengan Pemanen Pre-Pupa Otomatis
Gambar 1. Komposter Ember Tumpuk BSF dengan Pemanen Pre-Pupa Otomatis

Ember tumpuk, ketika pertama kali dioperasikan, diisi dengan starter maggot muda, berumur kurang lebih 4 s.d 7 hari, lalu sisa-sisa makanan, sampah organik lainnya dapat dimasukkan ke ember tumpuk ini setiap harinya. Nantinya, maggot yang akan masuk fase pre-pupa akan otomatis migrasi, naik dan masuk ke wadah botol bekas AMDK yang sudah kita siapkan, maggot pre-pupa ini, bisa langsung kita jadikan pakan untuk ikan, unggas-unggas yang kita miliki, ataupun bisa dimasukkan ke kandang BSF untuk kemudian diperbanyak lagi. Selain itu, media tanam yang menjadi satu kesatuan dengan kolam ikan dalam sebuah sistem beranama aquaponik dapat kita tanam berbagai jenis tanaman pangan seperti selada air atau kangkung.

    • Biopond Larva BSF
Gambar 2. Biopond Larva BSF
    • Ikan di Aquaponik
Gambar 3. Ikan di Aquaponik
    • Kangkung di Aquaponik
Gambar 4. Kangkung di Aquaponik

Tim Pak Mufti bekerja sama dengan pengelola kantin untuk mendapatkan pasokan rutin dari sampah organik yang didapatkan dari sisa-sisa makanan yang berasal dari kantin FMIPA UI. Sampah yang menjadi pakan dari Lalat BSF ini adalah sampah organik dari sisa-sisa makanan, dan harus dipisahkan terlebih dahulu dari sampah-sampah lainnya seperti sampah plastik, kertas, dll.

Demi kelancaran dan keberlangsungan pakan dari Lalat BSF (karena ekosistem ini akan terus dibudidayakan dan dikembangkan ke depannya), maka Pak Mufti dan Pak Wildan melaksanakan kegiatan pelatihan pemilahan sampah kepada para petugas kebersihan atau Cleaning Service yang bertugas membersihkan dan mengumpulkan sampah di wilayah kantin dan sekitarnya. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada Hari Senin, tanggal 28 Oktober 2019, bertempat di Kantin MIPA UI. Diharapkan, dari hasil pelatihan ini, para Cleaning Service dapat memilah sampah sisa makanan dengan baik, sehingga dapat memenuhi standar pakan Maggot Lalat BSF.

    • Pelatihan Pemilahan Sampah Organik di MIPA UI
Gambar 5. Pelatihan Pemilahan Sampah Organik di MIPA UI

Rangkaian kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan pembuatan Ekosistem Aquaponik ini didukung oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum (WD Bidang II) FMIPA UI, yaitu Dr. Rokhmatuloh, M.Eng., menyatakan bahwa program ini memiliki kontribusi yang signifikan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Sampah organik yang telah diolah akan bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan produk luaran yang bernilai tinggi dan menyuburkan tanaman di sekitar. Lebih lanjut, Pak Rokhmatullah menyatakan harapannya supaya ke program ini akan menghasilkan sinergi dengan pihak-pihak lain di MIPA UI, yaitu para dosen lain dan para mahasiswa.

Tags: sampah

Silaturahmi ke MTs Sirojul Wildan #2 : Belajar Aquaponic dari Kakek Murray Hallam

Hari Sabtu, 20 April 2013, Alhamdulillah, rencana kami untuk Silaturahmi, untuk yang kedua kalinya ke MTs Sirojul Wildan berjalan dengan lancar.

Berangkat dari rumah di Pekayon, Pasar Rebo, sekitar pukul 8.00. Selama perjalanan, yang sangat menarik perhatian adalah ketika naik angkot dari Sukasari ke Cikereteg, memperhatikan sopir dan dua temannya, yang dari Sukasari sampai Cikereteg, selalu bercanda, tidak ada habis-habis nya, jalan agak ugal-ugalan. Ketika pertama kali naik, ada pasir di dekat kursi bagian belakang angkot, kata sopirnya, "..etamah aya orang kampung kakarek naik mobil" (ada orang kampung baru naik mobil), iya, yang ada dibalik pasir itu adalah muntahan penumpang yang naik sebelum kami. Pertamanya memang kami juga heran, kenapa naik angkot sampai muntah ..?, tapi ketika merasakan gaya menyetir sopirnya, ya .. memang wajar kalau ada yg sampai muntah ....

Ketika memperhatikan supir angkot dan kedua temannya ini, saya jadi teringat dengan tulisan Junanto Herdiawan yang berjudul "Moral SD di Jepang" [1], insyaAllah, tulisan ini benar adanya, karena teman saya Pak Martinus di Facebooknya mengomentarin tulisan ini menulis "Dari pengalaman selama tinggal di Jepang, benar inilah intisarinya pendidikan jepang. 'Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.' Bukan hanya hasil, tapi proses mendapatkan hasil."

Pendidikan usia dini, kemudian lanjut ke pendidikan dasar dan menengah tentu mengambil peran dalam membentuk kepribadian seorang insan. Entah pengalaman pendidikan apa saja yg sudah dilalui oleh supir angkot ini dan kedua temannya.

Tapi alhamdulillah, akhirnya, meskipun agak ugal-ugalan, kami "tertolong" dengan jalan yang macet :). Kami sampai di Desa Ciderum sekitar jam 11.00, seperti biasa, kami mampir dulu ke tukang bakso yang berada di depan pom bensin, 2 minggu yang lalu saya sudah mencoba bakso bakar, saatnya kali ini merasakan menu bakso yang lain hehe ..

Di tukang bakso, yang menjadi perhatian saya adalah lahan di belakang, bawah dari toko ini, lahan yang cukup luas dibiarkan begitu saja tidak terurus, tidak produktif, malah sepertinya jadi tempat buang sampah. Memang, masalah sampah dimana-mana di negara ini kerap menjadi masalah, padahal kalau kita ingat dengan nilai-nilai agama yang mengajarkan kalau kebersihan itu adalah sebagian dari iman, dan PP 81 Tahun 2012, terutama Pasal 2 poin B yang mengatakan kalau pengaturan pengelolaan sampah itu salah satu tujunannya adalah untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya [2], tentu masalah sampah, selama belum beres, akan selalu jadi bahan perbincangan, diskusi di media massa, media elektronik, warung kopi atau bahkan jadi bahan diskusi sesaat setelah shalat berjamaah di musholla. Mudah-mudahan, kelak bisa seperti ini ya .. :)

    • cikereteg 1
    • cikereteg 2
    • cikereteg 3
    • cikereteg 4
  • Previous
  • Next

Entah sampai kapan, lahan ini akan dibiarkan sia-sia seperti ini ? Kalau dalam beberapa bulan kedepan masih seperti ini, insyaAllah kami akan coba mengajak adik-adik di MTs Sirojul Wildan untuk bertemu pemilik tanah ini, dan kemudian membicarakan, apakah mungkin lahan ini kami berdayakan ..?

Kita mulai belajar aquaponik dari kakek Murray Hallam mulai sekitar jam 11.30, di potong shalat Dzuhur, kemudian lanjut lagi, banyak sekali yang ikut, seluruh kelas 7 dan 8, karena kebetulan hari itu ada rapat UN, dan kegiatan KBM ditiadakan, adik-adik kelas 7 dan 8 disatukan di satu ruangan, dan menonton kakek Murray Hallam bercerita. Setiap kakek bercerita satu topik, video kita pause, lalu kita berdiskusi bersama-sama tentang apa saja yang kakek Murray Hallam baru saja ceritakan. Kami sadar, mayoritas adik-adik, sepertinya masih kurang bisa menangkap apa yang diceritakan oleh Kakek Murray Hallam, karena kendala bahasa. Tapi insyaAllah, mereka bisa menangkap maksudnya, karena visualisasinya sangat jelas.

Topik apa saja yang dibahas, insyaAllah, akan diceritakan.

Ada hal yang menarik ketika kita berdiskusi bersama, terutama ketika Bu Halida bertanya kepada anak-anak.., siapa yang mau SMA nya bisa biaya sendiri (mandiri)... ? ada beberapa anak yg mangangkat tangannya.... Mengapa bertanya seperti ini .. ? Karena, mayoritas adik-adik disini berasal dari golongan ekonomi yang tidak terlalu kuat, jika ada  adik kelas 9 yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, itu sudah hal yang biasa.

Salah satu tujuan utama kami, mencoba memperkenalkan aquaponik, hidroponik, greenhouse dan hal-hal yang berkaitan dengannya, adalah, agar kelak, mereka bisa mandiri ketika SMA, insyaAllah, dalam rencana kami, sepertinya waktu 3 tahun selama di MTs sepertinya waktu yang cukup untuk menumbuhkan bibit-bibit wirausaha sosial dalam diri adik-adik kita ini.

Bagaimana caranya .. ? insyaAllah akan Kami terus update di Portal ini dengan harapan mendapat masukan dari para Sahabat di seluruh nusantara, masukan, kritikan yang bersifat membangun.

Setelah selesai mendengar Kakek Murray Hallam bercerita, kami langsung praktek hidroponik, loh kok hidroponik ? :), iya, karena ketika silaturahmi pertama kami sudah sharing hidroponik dan sedikit praktek, dan sebagai PR, 4 kelompok yang dua minggu yang lalu dibentuk, diberi tugas membuat kit hidroponik sederhana, dan alhamdulillah jadi ...

    • kit hidroponik karya adik2 di mts sirojul wildan
    • praktek hidroponik mts sirojul wildan 1
    • praktek hidroponik mts sirojul wildan 2
  • Previous
  • Next

Ada Sahabat yang ingin memesan kit hidroponik sederhana untuk media pembelajaran untuk buah hati tersayang .. ? Silahkan hubungi kami melalui email , insyaAllah, adik-adik di MTs Sirojul Wildan akan siap membantu!


Referensi

1. Moral SD di Jepang, Moral di SD Jepang, http://developer.negeripelangi.com/home/software-plugins-bundles/np-edupedia/referensi/kliping-artikel-dan-diskusi/moral-di-sd-jepang

2. Pasal 2 PP 81 Tahun 2012, http://forum.negeripelangi.org/PP81_2012_PengelolaanSampahRumahTangga/bab1_pasal2.html

3. Belajar Bareng Aquaponik di Yayasan Misbahul Ulum Al-Quran (MTs Sirojul Wildan & MA Sirojul Athfal), https://www.youtube.com/watch?v=aDcvZn41lgw